AKHWAT MODIS IKHWAN GENIT?
Ini ada tulisan menarik, kelihatannya diambil dari sebuah buku karya Martina Rahmi.
Semoga bermanfaat bagi mereka yg remaja dan juga yg ‘mengaku remaja’ , bagi mereka yg punya anak remaja, juga bagi kita semua.
Hmmmm…begitu tipis dan lembutnya perangkap syaithan dalam ‘merayu’ manusia tuk mengikuti ‘iklan-iklan’ mereka.
QS. Al A’raf 16 -17 :
[16]Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus,
[17]kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).
Beberapa hari yang lalu saya baca buku tentang batasan pergaulan antara
ikhwan dan akhwat. Wah sampai ketawa ketiwi karena memang bener sesuai
dengan apa yang ane, temen temen aktivis alami. Kebanyakan seperti itu.
Mudah-mudah bisa nyadar dan terbangun dari kekeliruannya selama ini.
Salah satunya ada yang berisi tentang seorang aktivis dakwah(katanya) “ikhwan”
yang suatu saat mengirimi sms kepada seorang akhwat berikut cuplikannya:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti.
Sender : Ikhwan +628179823xxx
Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat
menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun
sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang
karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya
cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia
berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca SMS tadi yang
sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.
Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.
Sender : Ikhwan +628179823xxx
Untuk apa dia memberitahukan ini padaku? Bukankah banyak ikhwan atau
akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat,
entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga
menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.
Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.
Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.
Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya
Sender : Akhwat +6281349696xxx
Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.
Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.
Sender : Ikhwan +628179823xxx
Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.
Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah
berantah yang sang :great:at dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin
pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk
tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya.
Hayo ngaku! He he he
Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS
keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari
lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi
berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata
lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang
dikatakannya.
Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan?
Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga
selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang
dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa
(atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.
Konon, cerita tadi terus berlanjut.
Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu.
Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik
itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk
lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan
akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah
dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah
dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari
lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???
Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang,
yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall,
mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat
lainnya!
Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang
siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari
awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya
kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin
menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan
penderitaan itu lebih nyaring.
Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini.
Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan
dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin
putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah
muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan
bisa disembunyikan di depan Allah.
Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa
menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda,
dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai
masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari
utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu
pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu
memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”-
sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa
dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan
perhatianmu itu.
Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang
gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama.
Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak
karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah
bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan
apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.
Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan
juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri.
Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari
pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan
semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka
dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!
Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu.
Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu.
Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah,
kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu
banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan
SMS-SMS cahaya untuk mereka.
Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS
romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi
tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang
sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam
semesta.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.
Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu
bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku
di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.
Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa
Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda
Nah itu tah yow siapa yang sering smsan ma ikhwan yang genit kayak gitu?
wekZZZ… jangan-jangan ana juga terlibat. Innalillahi wainna ilaihi
rojiun.. memang dunia aktivis tidak bisa dikatakn 100 % bersih dari
virus merah jambu. Tapi sebenarnya tergantung kitanya bagaimana
menyikapi sms merah jambu tersebut.
Jangan terlalu dibawa kehati nurani, anggap aja dia itu memang orang
yang suka becanda, ntar kalau benar-benar kita anggap ia bisa – bisa
kita gantung diri karena kecewa.
memang sich jatuh cinta itu nggak haram kok… cuma ya itu
cara kita menyikapi atau mengekpresikannya… jangan terlalu terburu-buru…
ntar ada waktunya kok…
0 komentar: