Jangan jadi Aktivis Dakwah 1/2 Hati

Jangan jadi Aktivis Dakwah 1/2 Hati







Siapkan Dirimu Wahai Pejuang!

Samudera kehidupan senantiasa menampilkan ombak-ombak yang besar namun indah dan teratur. Ia bagaikan menari dalam lautan luas dan hendak menyeru kepada manusia tentang kehebatan dan keindahan dirinya yang diiringi dengan deru suara yang menakutkan namun kadang menyejukkan. Dalam keadaan tertentu, ombak begitu tenang dengan hembusan semilir angin yang menyapa hangat. Namun, kadang ia datang dengan gemuruh yang membahana, menjulang tinggi menghempaskan dirinya dalam samudera yang luas, seakan-akan menantang manusia untuk menyeberangi dan mengarungi samudera kehidupan.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan segala kesempurnaannya oleh Allah Azza wa jala, dengan karunia akal dan hati, mau tidak mau harus melalui Samudera itu, dalam kondisi tenang ataupun penuh dengan hempasan ombak yang tinggi menjulang. Manusia dengan segala keperkasaan dan kesombongannya harus melaluinya, karena itulah satu-satunya jalan yang harus dilalui untuk sampai ke tujuannya yang sebenarnya. Senang atau tidak, kita pasti akan melaluinya, apapun diri kita, siapa pun diri kita.
Kehidupan mempunyai aturan dan syarat, mempunyai pedoman dan petunjuk, mempunyai cara tersendiri untuk mengajarkan dan memberikan pengalaman dalam mengarungi kehidupan.
Itulah gambaran perjalanan dakwah ini. Terkadang jalan ini begitu mulus, tenang, nyaman tanpa beban dan cobaan. Namun suatu saat ia datang dengan membawa berbagai masalah, penuh rintangan, dihiasi dengan cacian dan hinaan.
Oleh karena itu, kita harus menyiapkan bahtera terbaik dan terkuat yang bisa dengan gagah dan perkasa menghadapi ombak, badai, dan hujan disertai petir. Tidak hanya itu, kita juga harus menyiapkan perbekalan yang cukup untuk sampai ke tujuan, bahan penggerak dan tentu saja para awak yang bahu membahu dan saling tolong menolong dalam menjalankan bahtera kehidupan.
Perjalanan dakwah harus disiapkan dengan sebaik-baiknya, dengan kesungguhan dan kekuatan tekad, karena dihadapannya telah menanti tantangan, cobaan dan ujian mulai dari hal yang kecil sampai kepada hal yang besar. Oleh karena itu, beberapa hal harus kita siapkan sebelum, saat atau sesudah kita terjun dalam jalan dakwah ini.
Jikalau kita belum terjun atau masih belum punya persiapan untuk menjadi seorang penyeru dakwah, maka jangan menunggu lebih lama, karena kita adalah dai sebelum menjadi apapun. Persiapkan diri kita, karena ini adalah jalan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.
Jikalau kita sudah terjun dalam suatu jamaah dakwah dan merasa minder atau tidak punya kapasitas ilmu agama yang cukup, jangan terpuruk pada paradigma, dakwah adalah perbaikan, maka kita harus terus memperbaiki diri kita sejalan dengan aktivitas dakwah yang kita jalankan, perbaiki dan persiapkan diri, dengan bekal ilmu, iman dan amal ibadah kita. Ilmu dan amal senantiasa beriringan dan tidak bisa dipisahkan.

- Persiapan Internal
Kuatkan Ruhiyahmu
Sebuah pohon yang tumbuh subur, rindang, banyak bunga dan buahnya serta bermanfaat bagi kehidupan membutuhkan perawatan yang teratur. Selain itu, lahan atau tanah yang digunakan harus baik dan kondusif bagi pertumbuhan pohon tersebut.
Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki kandungan dan zat-zat yang dibutuhkan dalam perkembangan benih pohon. Tanah yang terjaga dari berbagai hama dan sesuatu yang merusak serta menghancurkan. Selain itu, harus dapat terkena dengan sinar matahari dan udara yang cukup.
Setelah mempersiapkan tanah yang baik, selanjutnya adalah memilih benih yang baik agar mampu menghasilkan dan menumbuhkan benih-benih dakwah, melahirkan tunas-tunas baru yang siap melanjutkan estafet dakwah dalam membangun umat. Dan komponen-komponen tersebut adalah:
  • Iman (akar)
  • Ikhlas (batang)
  • Sabar (buah)
  • Optimis (Bunga)
Mu’ahadah (Mengingat Perjanjian)
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. An Nahl: 91)

Muraqabah (Merasa diawasi)
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (QS. Asy Syu’ara: 218-219)

Muhasabah (Evaluasi Diri)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)

Mu’aqabah (Pemberian sanksi)
Mujahadah (Optimalisasi)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut: 69)


Totalitas Perjuangan!



Ikhwah fillah, dalam mengarungi samudera dakwah ini, satu hal yang pasti adalah banyaknya ujian dan cobaan yang seakan tidak akan pernah berhenti mengiringi setiap jejak langkah ini. Ada juga bisikan-bisikan, yang mengajak kita berhenti dan mundur dari jalan ini atau bahkan berbalik menyerang jalan dakwah ini.
Seperti inilah dakwah. Inilah yang dahulu dirasakan juga oleh Rasulullah dan para sahabatnya di masa-masa awal kedatangan Islam. Penyiksaan. Pembunuhan. Boikot. Cacian dan makian. Setiap hari setiap kali mengiringi jalan dakwah Islam.
Namun, itu semua tidak membuat langkah terhenti, tidak membuat berbalik dan memilih untuk kembali, meski mereka disiksa, meski keluarga mereka dibunuh di hadapan mereka, meski mereka harus mengalami cacian, hujatan, dan fitnah yang menyiksa batin, mereka tetap berada dalam dakwah Islam.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari awal dakwah Rasulullah, sehingga melahirkan totalitas yang tinggi dalam dakwahnya dan membuat para sahabat memiliki totalitas yang sama dalam mempertahankan agama dan keyakinannya.

Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan.
Inilah yang dilakukan oleh Muhammad Saw sebelum beliau diutus oleh Allah, dan oleh Nabi-Nabi sebelum beliau, yakni tahannuts atau melakukan penyendirian, merenung dan memikirkan permasalahan di sekitar atau di lingkungan mereka. Proses perenungan ini yang kemudian melahirkan kepekaan yang tinggi dan semangat untuk mengubah keadaan suatu kaum. Proses ini juga melahirkan kekuatan ruhiyah yang tinggi yang dibutuhkan setiap aktivis dakwah dalam agenda-agenda dakwah dan tarbiyahnya.
Ya! Inilah hakikat dakwah itu sendiri, yaitu memperbaiki diri dan umat. Untuk itu kita harus melakukan proses perenungan terhadap berbagai masalah umat ini, mulai dari masalah anak-anak sampai dewasa dan orang tua, tergantung lahan dakwah masing-masing.
Lihatlah kondisi lingkungan kita, di masyarakat atau tetangga misalnya, banyak remaja pengangguran, perokok, peminum, kekerasan rumah tangga, dll, lihatlah mereka sebagai kesempatan untuk mendapat banyak pahala, bukan halangan atau ancaman. Karena mereka adalah mad’u kita di masyarakat, kantong-kantong pahala kita di akhirat.

Melanjutkan generasi dan kaderisasi sebelumnya
Seorang akh ditanya tentang totalitas, apa yang membuat dirinya bisa total dalam dakwah. Kemudian, jawabnya adalah karena saya adalah produk kaderisasi dakwah ini, maka saya juga harus melanjutkan kaderisasi dakwah ini.
Keinginan untuk melanjutkan cita-cita dan visi generasi sebelumnya adalah tabiat dan jalan dakwah yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul.
Kita tentunya pernah mendapatkan atau melalui proses ini, saat sekolah, kuliah bahkan saat kerja dan menjelang pensiun pun, kita tentu mendapatkannya. Dakwah adalah proses perbaikan secara terus menerus, sambung menyambung dari berbagai generasi, jika satu rantai terputus, akan sulit untuk mencapai cita-cita dakwah ini. Maka diperlukan regenerasi. Dan saat inilah, kitalah yang akan menyambungnya, menjadi bagian dari alur kemenangan dakwah ini.

Menciptakan lingkungan pendukung sebagai perisai dakwah
Abu Bakar Ash-Shidiq, Abdurrahman bin auf, bilal bin rabah, Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya di masa awal dakwah Islam menjadi pendukung dan perisai terbaik dalam dakwah Islam di masa itu. Berbagai karakter, keahlian dan kekuatan mereka telah mampu menyebarkan dan memberikan kekuatan dalam dakwah Islam.
Dakwah di era sekarang pun, kita harus memiliki lingkungan atau teman yang saling menguatkan, dengan karakter-karakter yang berbeda.
Ketika kita butuh semangat untuk menghafal Qur’an, maka kita butuh seorang teman penghafal Qur’an. Ketika kita butuh semangat dalam dakwah ini, maka perbanyaklah teman yang memiliki semangat yang tinggi dalam agenda-agenda dakwah ini. Teman yang tidak hanya kuat secara ruhiyah tetapi juga secara jasadiyah. Kita butuh perisai dan pendukung agar dakwah ini mampu menyebar dan menghasilkan manusia-manusia yang Islam tersemai kuat di hatinya. Dan sebaik-baik pelindung adalah Allah swt.
Mari perbaharui ruhiyah kita, dan lihatlah kondisi sekitar kita. Siapa yang akan memperbaikinya? Jawabannya adalah KITA!

Karena kita adalah dai sebelum menjadi apapun!
Karena kita adalah umat terbaik di setiap lembar kehidupan!
Karena kita adalah pemain bukan penonton!
Dan karena kita berada dalam rombongan para pejuang!


0 komentar:

Copyright © 2012 MZGZ's blog.